Kamis, 12 Maret 2009

WARGA TEGAL REJO INGINKAN DUSUNYA MAJU

Tegal rejo atau balong doro begitu orang menyebutnya. Sebuah dusun yang semua daerah nya di kelilingi area pesawahan ini masuk dalam pemerintahan desa bukur kecamatan patianrowo. Kalau kita memasuki dusun ini pada siang hari mungkin kita akan kesulitan untuk bertemu dengan penduduk terutama para pemudanya. Desa yang di huni tidak lebih dari 50 kepala keluarga(KK) ini memeang kebanyakan masyarakat nya sebagai petani dan buruh tani dan para pemudanya lebih senag untukmerantau menjadi buruh pabrik di kota,sebagaian ada yang kerj menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di luar negeri.



Tidak banyak hal yang dilakukan oleh warga karang kletak begitu juga sebagaian masyarakat menyebut nya. Secara geografis dusun yang semua wilayah nya dikelilingi areal pesawahan ini luput dari pemerintah. Sarana pendidikan setingkat sekolah dasar (SD) pun tidak ada. Yang ada hanya sekolah swadaya masyarakat berupa sekolah sore (sekolah keagamaan) setingkat taman kanak-kanak (TK) atau RA (Raudlatul Athfal). Bagi anak-anak usia sekolah dasar mereka harus bersekolah di desa tetangga yang jarak nya 2 Km. Untukmenuju tempat sekolah banyak anak-anak yang hanya dengan berjalan kaki setiapa harinya menuju sekolah.

Di bedang kesehatan warga tegalrejo ini juga kurang mendapat perhatain, tidak ada petugas kesehatan yang berada di dusun ini yang bertugas untuk melayani apabila ada warga yang sakit. Dan apabiala ada penduduk yang perlu pengobatan merteka harus membawa keluar desa dan bahkan keluar kecamatan. Satu-satunya sarana umum hanyalah Listrik. Ini pun masih belum lama dibandingkan dengan desa lain. Sungguh ironis, di tengah banyaknya program pemerintah ternyata belum bisa di rasakan oleh seluruh masyarakat. Setidaknya ini dirasakan oleh Suharto,34 Th, yang selama ini mencoba untuk bertahan dengan menjadi buruh tani untuk menghidupi keluarganya.”ning kene ki sepi,bocah nom-nome podo seneng lungo. Selain itu juga tidak banyak yang dilakukan oleh warga yang hanya mengandalkan hasil pertanian bagi yang punya sawah. Dan sebagain lagi mencoba berdagang seadanya. “nek wis mari tandur nagkene yowis podoakeh sing nganggur,sebagian enek sing serabutan”ceritanya. Lain kali yang di ceritakan ibu Sunarsih (45) yang sehari-hari berjualan buah pisang di pasar kertosono mengatakan,pernah ada kumpulan simpan-pinjam untuk kegiatan dan menambah modal akan tetapi akhirnya bubar karena susah mengembalikan.”masyarakat sini sulit hanya mau pinjam tapi susah untuk mengembalikan”terangnya.

Dalam usaha untuk membantu kesejahteraan keluarga pernah juga membuat usaha kripik pisang, namun akhirnya harus gulung tikar karena harga minyak goreng mahal dan sulit dalam memasarkanya. Saat ini di mengharapkan ada yang bisa membantu ibu-ibu untuk kegiatan dan menambah ketrampilan, terutama yang bisa di kembangkan agar dusun nya maju. Begitu juga suharto yang punya harapan ada pelatihan dan pengetahuan usaha. Seperti ternak,dan usaha pertanian. Kenyataan ini adalah gambaran kecil situasi masyarakat pada umum nya dan pasti ditengah kenaikan harga BBM yang diikuti dengan naiknya bahan-bahan pokok semakin membuat masyarakat semakin terjepit. Situasi Dusun Tegal Rejo,Desa Bukur Kecamatan Patianrowo ini hanyalah potret kecil dan tentumya masih banyak kita temui di desa –desa lain yang luput dari pantaun. Sudah saat nya kita bangkit bersama untuk mengembangkan potensi yang ada secara bersama-sama.

1 komentar:

  1. semuga kinginan desamu tercapai sebagai desa yang maju,,dan,,makmur,,,...

    lam kenal dari desa tetangga GAREMAN

    BalasHapus